Namanya ali agrem. Wisatawan yang berkunjung ke Bandung, Jawa Barat, mungkin tidak banyak yang tahu megenai makanan tradisional khas Sunda ini. Bentuknya menyerupai donat, dengan bolongan kecil di tengahnya. Rasanya manis meski tidak menggunakan topping. Konon, ali agrem merupakan nenek moyangnya donat, sehingga disebut sebagai donat khas nusantara. Di salah satu sudut di Braga Culinary Night (BCN), terdapat sebuah booth makanan yang menjual ali agrem. Sang pedagang tampak sibuk menggoreng adonan ali agrem untuk disuguhkan kepada pembeli. Ali agrem tenyata cukup menarik pengunjung BCN pada malam itu. Ali agrem terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan gula merah dan sedikit gula putih. Adonan diaduk tanpa menggunakan air. Kemudian adonan digoreng hingga berwarna keemasan. Jadilah ali agrem hangat yang siap dinikmati.
Ali berarti cincin, sesuai dengan bentuknya yang menyerupai cincin. Makanan ini biasanya hadir dalam acara pernikahan. "Cincin melambangkan keabadian. Makanya ali agrem sebagai kue cincin biasanya disajikan di pesta pernikahan," ujar seorang pedagang ali agrem di BCN. Sayangnya, ali agrem kini mulai sulit ditemui di daerah perkotaan Bandung. Pamornya kalah dengan makanan-makanan lain yang lebih modern. "Di Bandung sudah susah ditemui. Paling hanya ada di Lembang dan Ujung Berung," tambahnya. Beruntung, Kota Bandung kini memiliki festival kuliner yang diselenggarakan setiap dua kali seminggu. Ini menjadi kesempatan bagi pedagang ali agrem untuk menghadirkan kembali makanan tradisional Sunda yang satu ini. "Senang sekali ada festival ini, sejalan dengan cita-cita saya. Saya ingin makanan tradisional Sunda seperti ali agrem kembali muncul," ceritanya. Sungguh disayangkan, rasa manis ali agrem ternyata tidak semanis nasibnya kini. Padahal, ali agrem merupakan teman yang cocok untuk menikmati dinginnya udara Kota Bandung ditambah dengan secangkir teh tawar panas.
sumber: https://travel.kompas.com/read/2014/02/27/0757368/Kue.Cincin.yang.Mulai.Terlupakan .
Ali berarti cincin, sesuai dengan bentuknya yang menyerupai cincin. Makanan ini biasanya hadir dalam acara pernikahan. "Cincin melambangkan keabadian. Makanya ali agrem sebagai kue cincin biasanya disajikan di pesta pernikahan," ujar seorang pedagang ali agrem di BCN. Sayangnya, ali agrem kini mulai sulit ditemui di daerah perkotaan Bandung. Pamornya kalah dengan makanan-makanan lain yang lebih modern. "Di Bandung sudah susah ditemui. Paling hanya ada di Lembang dan Ujung Berung," tambahnya. Beruntung, Kota Bandung kini memiliki festival kuliner yang diselenggarakan setiap dua kali seminggu. Ini menjadi kesempatan bagi pedagang ali agrem untuk menghadirkan kembali makanan tradisional Sunda yang satu ini. "Senang sekali ada festival ini, sejalan dengan cita-cita saya. Saya ingin makanan tradisional Sunda seperti ali agrem kembali muncul," ceritanya. Sungguh disayangkan, rasa manis ali agrem ternyata tidak semanis nasibnya kini. Padahal, ali agrem merupakan teman yang cocok untuk menikmati dinginnya udara Kota Bandung ditambah dengan secangkir teh tawar panas.
sumber: https://travel.kompas.com/read/2014/02/27/0757368/Kue.Cincin.yang.Mulai.Terlupakan .
0 komentar:
Posting Komentar